Kilatan angin musim semi bersenandung menggema
Bagai sang suya enggan menari bersama
Membawa segenap penyesalan bersemayam tajam
Memusnahkan harapan yang semakin binasa
Hingga senja menutup hari dengan sebuah senyum
Belajar menari dalam hening
Memaksa jiwa mngerti
Beranggapan nahwa sungai mungkin tak perlu bermuara
Tak perlu tujuan untuk mengakhiri perjalanannya
Namun apa daya raga jika hati telah memaksa
Menggemakan namamu ditengah rumput nan hijau
Bukan sebuah khayalan yang mesra
Hanya saja kau menjadi sebuah tambatan
Karna rindu tak mampu memaksa
Bahkan berkatapun tertutup malu
Andai angin bisa menjadi penghantar
Andai bulan bukan sekedar cahaya malam diantara kita
Andai terbitnya matahari mengawal kehadiranmu
Andai bukan sebuah angan belaka
Sesosok malaikat yang membawa panah
Kian mendekat tanpa ragu
Menjadi benalu tanpa peduli padaku
Dan berhenti menertawakan takdir yang terbawa
Berhenti menjadi pengantar hati yang membara
Aku belajar pada dataran hampa
Karna kenyataan memaksaku untuk tak berteman
Tak memanjakan diri pada apa yang menjadi tahta
Bukan sekedar rangka yang menjemukan
Takdir bisakah kau sekedar melepas senyum padaku ?
Berkata indah walau tak bersahabat
Berpihak sedikit padaku yang hina ini
Merangkul mesra walau tak menghangatkan
Biarkan panah takdir itu mulai tertancap
Hingga membawa dirinya menatapku tanpa ragu
Untuk sekedar bersapa dalam hangatnya cinta
Komentar
Posting Komentar