Langsung ke konten utama

Postingan

DELUSI

Kilatan angin musim semi bersenandung menggema Bagai sang surya enggan menari bersama Membawa segenap penyesalan bersemayam tajam Memusnahkan harapan yang semakin binasa Hingga senja menutup hari dengan sebuah senyum Belajar menari dalam hening Memaksa jiwa mengerti Beranggapan bahwa sungai mungkin tak perlu bermuara Tak perlu tujuan untuk mengakhiri perjalanannya Namun apa daya raga jika hati telah memaksa Menggemakan namamu ditengah rumput nan hijau Bukan sebuah khayalan yang mesra Hanya saja kau menjadi sebuah tambatan Karna rindu tak mampu Bahkan berkatapun tertutup malu Andai angin bisa menjadi penghantar Andai bulan bukan sekedar cahaya malam diantara kita Andai terbitnya matahari mengawal kehadiranmu Andai bukan sebuah angan belaka Sesosok malaikat yang membawa panah Kian mendekat tanpa ragu Menjadi benalu tanpa peduli Dan berhenti menertawakan takdir yang terbawa Berhenti menjadi penghantar hati yang membara Aku belajar di dataran hampa Karna k...
Postingan terbaru

Pria Itu #OMTAMPAN

Hal pertama dalam jadwal yang bertambah, aku melihatmu Kau yang terduduk tak jauh dariku Dengan tatapan yang seakan tak peduli sekitar, kau terliat indah Kau yang memperkenalkan diri untuk yang pertama Mengubahku menjadi perekam yang utuh Merekammu dengan sempurna Menyimpan semuanya tentang dirimu Namun aku melupakan perasaan yang bergerak tak menentu itu Mencoba menganggap itu hal biasa Namun pertemuan hari ke hari membuatku semakin memperhatikanmu Mencari tentang dirimu adalah kegiatan baruku Mengenalmu dari sisi yang dapatku lihat adalah hobi baruku Namun semua itu tak cukup Sambungan telepon tak sengaja terhubung Ketika aku sedang mengamati indahmu dalam bingkai foto di profilmu Dengan malu aku mencoba mengenalmu Tapi kenyataan menamparku dari awal Kau telah dimiliki Kau pagari dirimu langsung diawal perkenalan terjadi Apa yang dapat kulakukan ? Tidak ada Karna memiliki itu hal yang tak masuk akal Bagai mengejar bint...

PANAH

Kilatan angin musim semi bersenandung menggema Bagai sang suya enggan menari bersama Membawa segenap penyesalan bersemayam tajam Memusnahkan harapan yang semakin binasa Hingga senja menutup hari dengan sebuah senyum Belajar menari dalam hening Memaksa jiwa mngerti Beranggapan nahwa sungai mungkin tak perlu bermuara Tak perlu tujuan untuk mengakhiri perjalanannya Namun apa daya raga jika hati telah memaksa Menggemakan namamu ditengah rumput nan hijau Bukan sebuah khayalan yang mesra Hanya saja kau menjadi sebuah tambatan Karna rindu tak mampu memaksa Bahkan berkatapun tertutup malu Andai angin bisa menjadi penghantar Andai bulan bukan sekedar cahaya malam diantara kita Andai terbitnya matahari mengawal kehadiranmu Andai bukan sebuah angan belaka Sesosok malaikat yang membawa panah Kian mendekat tanpa ragu Menjadi benalu tanpa peduli padaku Dan berhenti menertawakan takdir yang terbawa Berhenti menjadi pengantar hati yang membara Aku belajar pada datar...

RUMPUT LIAR

Pagi menyapaku... Angin berhembus lembut... Kau terlihat sama hari ini... Indah dan mengagumkan... Bagaiman aku bisa berharap Pantaskah aku tetap pada mimpi ini... Mampukah rumput liar berharap madu... Mampukah rumput liar menjadi wangi... Lebah nan indah sepertimu... Maukah menatapku sebentar... Menyapaku sejenak... Menembus batas antara kau dan aku... Sedangkan bunga cantik tepat dhadapanmu... Menawarkan sepucuk wangi... Menyimpan sejuta manis yang nyata... Memberikan keindahan tanpa waktu... Seakan semua terlalu bagiku... Rumput liar tetaplah dbawah bukan ??? Seakan sejajarpun hal yang sulit... Rumpu liar hanya selingan tanah tandus bukan ??? Jangankan berharap... Sedikit terbayang pun dosa bagiku... Biarlah hanya seuntai mimpi...  Untukku...

RELA

Terkadang hitam bersandar dalam pikiran Terkadang beban memecah hidup Terkadang pisau merajut keputusasaan Terkadang sunyi menyelimuti mimpi Andai bukan perusak takdir Andai diam bisa lebih bermakna Andai tawa bukan fatamorgana semata Andai sekilas mimpi bukan semu Bisakah makna terjalin Bisakah raga terhangatkan Bisakah nafsu senyap mengendap Bisakah panas merambat pergi Mungkin kecewa tak berkawan Mungkin rasa akan berpencar Mungkin kata pikiran tak rumit Mungkin kosong akan berlalu Tapi semua hanya angan Tapi nyata tak terkalahkan Tapi sirna tak mampu menyapa Tapi bahagia tak menyambut kedatangan Seakan semua berlalu Seakan semua tak pantas Seakan semua tak dapat diterima Seakan semua hanya sebuah candaan Hingga sebuah kerelaan menjadi kunci utamanya

JIKA

Mungkinkah akan menyenangkan Jika aku bisa sepertimu Bermain dengan darah dan pisau Bercanda dengan takdir disiang hari Saling melempar tawa dengan kematian dengan tulus Mungkinkah akan membahagiakan Jika aku bisa menjadi dirimu Yang gagah berteman dengan batu yang terukir Temaram dalam alunan duka itu Seakan kesedihan bukanlah hal yang perlu dipandang Mungkinkah akan menantang  Jika aku bisa bertukar denganmu Tersenyum dalam lautan luka Terbujuk manja dalam pelukan maut Mungkinkah akan terlihat indah Jika aku bisa memposisikan diri Berjuang tanpa cela Bersenandung dalam tangisan korban Menari indah dalam jerit menakutkan Bisakah kau berbagi itu ? Mengandalkan diriku pada suku pemburu Berangsur menaikka tahtaku Hingga aku Tak perlu merasa jatuh Tak perlu merasa terpuruk Hanya karna satu hal menyesakkan Jika bisa maka katakanlah Ubahlah aku seperti hal itu Tak mengapa jika aku menjadi menakutkan Karna a...

MAAF

Tatapan mata itu Setelah berteriak dengan lantang Kini kau menggulirkan kata sakral itu Oh.. itu sangat memuakkan bukan ? Diam dan tetaplah kasar Diam dan tetaplah pemarah Diam dan tetaplah seperti itu Bukankah semua akan tetap sama Bahkan jika kau berubah Tetaplah sama dimataku Pisau akan tetap tajam Begitu juga kata-katamu Bau akan tetap menguar dari sampah Begitu juga semua sikapmu Tetaplah menjadi manusia seperti itu Kejam dan menakutkan Jangan ucapkan kata itu MAAF tak pantas dimulutmu Bahkan jika kau mencoba memantaskan diri dengan kata itu Semua tetaplah percuma Karna kau tahu bahwa semua yang hancur tak akan sempurna kan Maka kau paham jika kata itu tak berarti apapun jika kau yang mengucapkannya Tak peduli seberapa menyesalnya kau Tak peduli seberapa besar harapanmu untuk kata itu Tak peduli seberapa mengemisnya kau dengan kata itu Semua tetaplah sama bagiku Kata itu tetaplah menjijikan jika darimu MA...