Kilatan angin musim semi bersenandung menggema Bagai sang surya enggan menari bersama Membawa segenap penyesalan bersemayam tajam Memusnahkan harapan yang semakin binasa Hingga senja menutup hari dengan sebuah senyum Belajar menari dalam hening Memaksa jiwa mengerti Beranggapan bahwa sungai mungkin tak perlu bermuara Tak perlu tujuan untuk mengakhiri perjalanannya Namun apa daya raga jika hati telah memaksa Menggemakan namamu ditengah rumput nan hijau Bukan sebuah khayalan yang mesra Hanya saja kau menjadi sebuah tambatan Karna rindu tak mampu Bahkan berkatapun tertutup malu Andai angin bisa menjadi penghantar Andai bulan bukan sekedar cahaya malam diantara kita Andai terbitnya matahari mengawal kehadiranmu Andai bukan sebuah angan belaka Sesosok malaikat yang membawa panah Kian mendekat tanpa ragu Menjadi benalu tanpa peduli Dan berhenti menertawakan takdir yang terbawa Berhenti menjadi penghantar hati yang membara Aku belajar di dataran hampa Karna k...
Hal pertama dalam jadwal yang bertambah, aku melihatmu Kau yang terduduk tak jauh dariku Dengan tatapan yang seakan tak peduli sekitar, kau terliat indah Kau yang memperkenalkan diri untuk yang pertama Mengubahku menjadi perekam yang utuh Merekammu dengan sempurna Menyimpan semuanya tentang dirimu Namun aku melupakan perasaan yang bergerak tak menentu itu Mencoba menganggap itu hal biasa Namun pertemuan hari ke hari membuatku semakin memperhatikanmu Mencari tentang dirimu adalah kegiatan baruku Mengenalmu dari sisi yang dapatku lihat adalah hobi baruku Namun semua itu tak cukup Sambungan telepon tak sengaja terhubung Ketika aku sedang mengamati indahmu dalam bingkai foto di profilmu Dengan malu aku mencoba mengenalmu Tapi kenyataan menamparku dari awal Kau telah dimiliki Kau pagari dirimu langsung diawal perkenalan terjadi Apa yang dapat kulakukan ? Tidak ada Karna memiliki itu hal yang tak masuk akal Bagai mengejar bint...