Langsung ke konten utama

DELUSI



Kilatan angin musim semi bersenandung menggema
Bagai sang surya enggan menari bersama
Membawa segenap penyesalan bersemayam tajam
Memusnahkan harapan yang semakin binasa
Hingga senja menutup hari dengan sebuah senyum

Belajar menari dalam hening
Memaksa jiwa mengerti
Beranggapan bahwa sungai mungkin tak perlu bermuara
Tak perlu tujuan untuk mengakhiri perjalanannya
Namun apa daya raga jika hati telah memaksa

Menggemakan namamu ditengah rumput nan hijau
Bukan sebuah khayalan yang mesra
Hanya saja kau menjadi sebuah tambatan
Karna rindu tak mampu
Bahkan berkatapun tertutup malu

Andai angin bisa menjadi penghantar
Andai bulan bukan sekedar cahaya malam diantara kita
Andai terbitnya matahari mengawal kehadiranmu
Andai bukan sebuah angan belaka

Sesosok malaikat yang membawa panah
Kian mendekat tanpa ragu
Menjadi benalu tanpa peduli
Dan berhenti menertawakan takdir yang terbawa
Berhenti menjadi penghantar hati yang membara

Aku belajar di dataran hampa
Karna kenyataan memaksaku untuk tak berteman
Tak memanjakan diri pada apa yang menjadi tahta
Bukan sekedar rangka yang menjemukan

Takdir bisakah kau sekedar melepas senyum padaku ?
Berkata indah walau tak berkawan
Berpihak sedikit padaku tanpa hinaan
Merangkul mesra walau tak menghangatkan

Biarkan panah mulai terbidik
Hingga membawa dirinya menatapku tanpa ragu
Untuk sekedar bersapa dalam hangatnya cinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MANIS

Bukankah yang manis akan tetap manis ? Walau zat hijau itu menembus batasnya Tetap saja manis tak akan merubah rasanya Setiap rasa dan hakikat yang dilalui  Tak menjadikan manis harus berubahkan ? Walau kadang sepoi angin menghantarkan zat hijau lagi Manis akan tetap manis Kini berjalan dalam sepi tetaplah sendu Bercampur rindu yang membakar Ukuran yang tak terbaca Hingga terkadang manis pun goyah Tatkala zat hijau mencoba melingkari Manis sebisa mungkin tetap teguh dalam kekelannya Tak masalah jika dia menghilang Tak masalah jika dia terganti Tak masalah jika dia menguap Tak masalah jika dia tak mampu kembali Setidaknya manis tak terkontaminasi Mimpi tetap terjaga setia Manis tetaplah manis

RELA

Terkadang hitam bersandar dalam pikiran Terkadang beban memecah hidup Terkadang pisau merajut keputusasaan Terkadang sunyi menyelimuti mimpi Andai bukan perusak takdir Andai diam bisa lebih bermakna Andai tawa bukan fatamorgana semata Andai sekilas mimpi bukan semu Bisakah makna terjalin Bisakah raga terhangatkan Bisakah nafsu senyap mengendap Bisakah panas merambat pergi Mungkin kecewa tak berkawan Mungkin rasa akan berpencar Mungkin kata pikiran tak rumit Mungkin kosong akan berlalu Tapi semua hanya angan Tapi nyata tak terkalahkan Tapi sirna tak mampu menyapa Tapi bahagia tak menyambut kedatangan Seakan semua berlalu Seakan semua tak pantas Seakan semua tak dapat diterima Seakan semua hanya sebuah candaan Hingga sebuah kerelaan menjadi kunci utamanya

DUA HAL

Pemahaman yang jelas Kesetiaan yang indah Bukankah hanya dengan dua hal tersebut aku bisa mengagumimu tanpa henti ? Tak perlu hal muluk yang menggugah Cukup tampilkan dua hal itu Maka aku akan dengan senang hati membalasnya dengan sebuah cinta Bukan paras menawan Bukan lembaran dollar yang terisi Karna pada kenyataannya semua itu dapat dimiliki Dapat diraih Karna itu bisa diraih bersama Atau bisa kau miliki dengan sejumlah prosedur medis Maka cobalah untuk tidak memusingkan keduanya Cobalah bertahan Cobalah mengerti Dengan kedua hal pertama kita bisa membangun sebuah hubungan Sebuah ikatan Sebuah janji Dan sebuah komitmen yang konkrit Bersama melangkah dalam genggaman tangan yang terkait satu sama lain Dengan dua hal itu sebagai syarat Sebagai batasan Sebagai pedoman Dengan begitu kita bisa saling memiliki Saling menjaga Saling melengkapi hingga akhir